Mengenal Keberagaman Satwa: Lebih Dekat dengan Harimau Sumatera yang Terancam Punah

Indonesia merupakan negara mega keberagaman satwa, sebuah permata khatulistiwa yang menyimpan kekayaan hayati luar biasa. Di antara keberagaman satwa yang menghuni berbagai ekosistemnya, Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) memegang peranan penting sebagai predator puncak sekaligus ikon konservasi. Sayangnya, populasi subspesies harimau terkecil ini terus menyusut, menjadikannya salah satu satwa yang paling terancam punah di dunia. Mari kita telaah lebih dalam mengenai keberagaman satwa yang patut kita jaga ini.

Harimau Sumatera memiliki ciri fisik yang khas, membedakannya dari subspesies harimau lainnya. Ukurannya relatif kecil, dengan panjang tubuh sekitar 2,5 meter dari kepala hingga ekor dan berat mencapai 140 kilogram untuk jantan dewasa. Corak lorengnya lebih rapat dan gelap, berpadu dengan warna dasar oranye kekuningan yang membantunya berkamuflase di hutan hujan tropis Sumatera. Kaki mereka yang kuat dan cakar yang tajam menjadikan mereka pemburu yang handal, memangsa berbagai jenis hewan seperti rusa sambar, babi hutan, dan tapir.

Habitat asli Harimau Sumatera tersebar di lanskap hutan hujan tropis Pulau Sumatera. Namun, fragmentasi hutan akibat deforestasi dan alih fungsi lahan menjadi perkebunan dan pertanian telah secara signifikan mengurangi wilayah jelajah mereka. Konflik dengan manusia juga menjadi ancaman serius. Seringkali, harimau dianggap sebagai hama ketika memangsa ternak, yang berujung pada perburuan liar dan pembunuhan.

Upaya konservasi Harimau Sumatera melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, hingga masyarakat lokal. Patroli rutin di kawasan hutan dilakukan oleh petugas gabungan dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera, dibantu oleh aparat kepolisian seperti yang pernah dilakukan pada tanggal 17 Agustus 2024 di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser, Aceh, di mana tim berhasil mengamankan sejumlah jerat yang dipasang oleh pemburu ilegal. Selain itu, program edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terus digencarkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberagaman satwa dan keberlangsungan hidup Harimau Sumatera.

Penelitian dan pemantauan populasi juga menjadi bagian penting dari upaya konservasi. Metode seperti pemasangan kamera jebak (camera trap) secara berkala di berbagai titik hutan membantu para peneliti untuk memperkirakan jumlah populasi, mengidentifikasi individu, dan memahami perilaku harimau di habitat alaminya. Data yang terkumpul kemudian digunakan sebagai dasar untuk menyusun strategi konservasi yang lebih efektif.

Kehilangan Harimau Sumatera bukan hanya sekadar kehilangan satu spesies. Ini adalah ancaman terhadap keseimbangan ekosistem dan hilangnya bagian penting dari keberagaman satwa Indonesia. Jika predator puncak ini punah, rantai makanan akan terganggu, dan dapat berdampak negatif pada populasi spesies lainnya. Oleh karena itu, perlindungan Harimau Sumatera adalah tanggung jawab kita bersama demi menjaga kekayaan alam dan keberagaman satwa yang tak ternilai harganya.