Sebuah tindakan tegas dilakukan warga dari tiga desa di Kecamatan Kabuh, Jombang, Jawa Timur, yang bersepakat membongkar sebuah makam yang dianggap palsu dan berpotensi mengaburkan sejarah lokal. Makam yang terletak di Situs Bedander atau Situs Jladri ini akhirnya diratakan dengan tanah setelah melalui musyawarah desa (musdes).
Kronologi pembongkaran makam palsu ini bermula dari keresahan warga atas keberadaan makam yang baru muncul sekitar dua tahun lalu, tepatnya pada tahun 2023. Makam tersebut bertuliskan nama Sunan Candramata bin Sunan Geseng, yang diklaim sebagai keturunan Majapahit. Namun, keberadaan tokoh tersebut tidak tercatat dalam sejarah desa setempat, yakni Desa Sumbergondang, Manduro, dan Sumberingin, yang wilayahnya meliputi Situs Bedander.
Menurut Kepala Desa Sumbergondang, Sunarto, pembangunan makam palsu ini didasari oleh klaim spiritual sekelompok orang dari Jombang dan Mojokerto yang mengaku mendapat “isyarah”. Namun, hal ini justru menimbulkan polemik dan kekhawatiran di kalangan warga yang peduli akan keaslian sejarah Situs Bedander.
Situs Bedander sendiri diyakini memiliki nilai sejarah penting, termasuk sebagai tempat persembunyian Raja Majapahit, Jayanegara, saat terjadi pemberontakan Ra Kuti pada abad ke-14. Keberadaan makam palsu ini dianggap dapat mengganggu pemahaman sejarah yang sebenarnya bagi generasi mendatang.
Setelah melalui serangkaian musyawarah yang melibatkan pemerintah desa dari tiga desa terkait, tokoh masyarakat, Babinsa, dan Bhabinkamtibmas, akhirnya disepakati untuk melakukan pembongkaran makam palsu tersebut. Proses pembongkaran dilakukan secara gotong royong oleh warga pada Rabu (16/4/2025), mulai pukul 08.30 hingga 12.00 WIB.
Pembongkaran dilakukan dengan merobohkan seluruh bangunan makam hingga rata dengan tanah. Tindakan ini merupakan wujud komitmen warga untuk menjaga keaslian warisan budaya dan sejarah lokal dari klaim-klaim yang tidak berdasar. Diharapkan, Situs Bedander akan kembali menjadi situs sejarah yang otentik dan tidak disesatkan oleh informasi yang tidak benar.
Tindakan tegas warga ini juga mendapat dukungan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jombang yang turut prihatin dengan munculnya klaim-klaim sejarah yang tidak valid.
Semoga artikel ini dapat memberikan informasi dan manfaat untuk para pembaca, terimakasih !