Malang, sebuah kota yang kaya akan warisan budaya di Jawa Timur, menyimpan beragam kesenian tradisional yang memukau. Salah satunya adalah Tari Remo, sebuah tari tradisional yang seringkali ditampilkan secara solo dan menjadi ciri khas daerah ini. Dengan gerakan kaki yang lincah, iringan musik yang dinamis, serta kostum yang mempesona, Tari Remo berhasil memikat hati banyak penikmat seni. Sebagai bagian tak terpisahkan dari tari tradisional Indonesia, Tari Remo memiliki sejarah dan filosofi yang patut untuk kita telaah lebih dalam.
Asal-usul Tari Remo erat kaitannya dengan pertunjukan Ludruk. Dahulu, tari tradisional ini difungsikan sebagai pembuka pertunjukan untuk menarik perhatian penonton. Namun, seiring berjalannya waktu, Tari Remo berkembang menjadi sebuah pertunjukan mandiri yang dapat dinikmati dalam berbagai acara, mulai dari upacara adat, festival seni, hingga penyambutan tamu penting. Keistimewaan Tari Remo terletak pada gerakan kaki yang cepat dan ritmis, menghasilkan bunyi gemerincing gelang kaki yang menjadi ciri khasnya.
Kostum yang dikenakan penari Tari Remo sangat beragam, tergantung pada gaya atau pakem yang dianut. Pada umumnya, penari pria mengenakan celana komprang, kain batik yang dililitkan di pinggang, keris sebagai atribut, serta hiasan kepala yang unik. Sementara itu, penari wanita juga memiliki kostum yang anggun dengan warna-warna cerah dan hiasan kepala yang menawan. Ekspresi wajah penari yang penuh semangat dan tatapan mata yang tajam turut menghidupkan karakter dalam tari tradisional ini.
Berdasarkan catatan kegiatan seni di Gedung Kesenian Gajayana Malang pada hari Minggu, 5 Januari 2025, seorang seniman muda bernama Risa Ayu Lestari menampilkan Tari Remo gaya Surabayan dengan sangat memukau. Pertunjukan yang dimulai pada pukul 16.00 WIB tersebut dihadiri oleh sekitar seratus lima puluh penonton, termasuk para pelajar dan pecinta seni. Dua orang petugas dari Polsek Lowokwaru tampak berjaga di sekitar lokasi untuk memastikan keamanan acara.
Upaya pelestarian dan pengembangan Tari Remo sebagai tari tradisional khas Malang terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, sanggar-sanggar tari, dan komunitas seni. Melalui berbagai festival dan workshop, generasi muda didorong untuk mempelajari dan mencintai warisan budaya ini. Keindahan gerak, kekayaan filosofi, dan semangat yang terkandung dalam Tari Remo menjadikannya aset budaya yang tak ternilai harganya bagi masyarakat Malang dan Indonesia secara keseluruhan.