Kisah tenggelamnya RMS Titanic pada 1912 masih menyimpan misteri. Meskipun lebih dari 1.500 orang tewas, salah satu fakta paling mencengangkan adalah: tidak ada jasad manusia yang ditemukan di reruntuhan kapal. Para peneliti dan ahli pun bertanya-tanya mengapa demikian.
Sutradara film Titanic, James Cameron, yang telah menjelajahi bangkai kapal puluhan kali, mengakui fakta ini. Ia menemukan banyak artefak pribadi, pakaian, dan sepatu. Namun, tak satu pun sisa-sisa jasad manusia yang bisa dikenali.
Ada beberapa penjelasan ilmiah yang mencoba mengurai misteri ini. Pertama, sebagian besar penumpang yang meninggal kemungkinan mengenakan jaket pelampung. Ini membuat tubuh mereka mengapung di permukaan air laut.
Setelah tenggelamnya kapal, terjadi badai hebat di Atlantik Utara. Badai ini diyakini menyapu jasad-jasad yang mengapung jauh dari lokasi reruntuhan. Arus laut dalam kemudian membawa mereka semakin menyebar dan sulit ditemukan.
Kedalaman bangkai kapal juga menjadi faktor krusial. Titanic berada di kedalaman sekitar 3.800 meter di dasar Samudra Atlantik. Pada kedalaman ekstrem ini, tekanan air sangat tinggi dan suhu sangat dingin.
Di bawah kedalaman tertentu, sekitar 914 meter, terdapat batas yang disebut “kedalaman kompensasi kalsium karbonat.” Pada kedalaman ini, air laut kurang cocok dengan kalsium karbonat, bahan utama penyusun tulang.
Meskipun ikan dan organisme laut dalam memakan daging, tulang-tulang seharusnya tetap ada. Namun, di bawah kedalaman kompensasi kalsium karbonat, tulang-tulang tersebut akan larut seiring waktu. Ini menjelaskan mengapa tidak ada kerangka yang tersisa.
Selain itu, lingkungan laut dalam adalah ekosistem yang aktif. Berbagai bakteri dan mikroorganisme juga berperan dalam dekomposisi. Mereka bekerja mengurai materi organik, termasuk sisa-sisa tubuh manusia.
Beberapa ahli berspekulasi bahwa ada kemungkinan jasad yang terperangkap di dalam ruangan kapal. Namun, bahkan di sana, proses dekomposisi dan aktivitas mikroba laut akan bekerja terus-menerus selama seabad lebih.
Meskipun demikian, beberapa artefak seperti sepatu yang berpasangan sering ditemukan. Ini menjadi indikasi kuat bahwa pernah ada individu di sana. Sepatu tidak terurai secepat jaringan lunak atau tulang.
Jadi, meskipun film dan imajinasi kita mungkin menunjukkan gambaran lain, fakta ilmiahnya adalah tidak ada jasad. Misteri ini menjadi pengingat betapa dahsyatnya kekuatan alam di lautan dalam.